Mengenai Saya

Foto saya
Kami lahir bukan gila predikat terbaik, tapi kami ingin membuang Rasis dan menyingkirkan dari bumi AREMA selamanya. Sayangi Team kamu dan singkirkan rasis. Sepakbola untuk Indonesia ! "salam satu jiwa"

Jumat, 07 Januari 2011

Jakarta,Senayan, Ajang Reuni Aremania-Jakmania

Sebuah kota yang dengan komunitas heterogen dengan berbagai macam kesibukan yang hampir tak pernah mati selama 24 jam, disini semua serba ditawarkan, serba ada dan sekaligus memberi semua dampaknya.


kemacetan,kesemrawutan,kebisingan dan polusi adalah suguhan sehari-hari.
ditengah hiruk-pikuk Jakarta, sebuah klub papan atas di Indonesia berdomisi, Persija telah menjelma sebagai salah satu klub anggota liga di Indonesia yang cukup diperhitungkan dikancah Nasional, berbagai macam penghargaan mampu mereka koleksi, dan tidak salah ini menjadi maghnet tersendiri bagi warga Jakarta yang keseharian telah dihimpit dengan kesemrawutan dan kesumpekan. pada Ligina IV tepatnya 19 September 1997 mereka sepakat membentuk organisasi suporter untuk Persija yang disebut "The Jakmania" ( yang berarti anak Jakarta yang gila Persija ) dengan melakukan study banding ke Malang, dan mengadopsi sistem Korwil yang memang sudah terkonsep di Malang ( Korwil-korwil Aremania ).



Sekarang loyalitas mereka kembali diuji ketika menghadapi saudara satu marga Arema Indonesia, ya... hari Minggu 09/01/2011 dalam lanjutan ISL mereka kembali dipertemukan di satu tempat bersejarah SUGBK yang kemarin kembali sukses menjadi saksi bisu perhelatan Tournament AFF, yang mempersatukan suporter indonesia dalam warna merah dan putih, dengan semangat "garuda Didadaku" mampu menghantarkan "Garuda Senior" menjadi juara tanpa mahkota.




Hari minggu 09/01/2011 bukan hanya ajang pembuktian siapa yang terhebat antara Persija vs Arema Indonesia, tetapi juga hari dimana 2 suporter beda warna yang sama-sama berazas "Cinta Damai" bersilahturahmi, berjabat tangan, bertukar baju, dan melepas rindu. Karena Aremania-Jakmania adalah suporter yang selalu akrab,seportif,atraktif,Loyal dan sangat Militan.





Inilah ajang Reuni 2 suporter Aremania-Jakmania yang bersaudra satu Jiwa...
Apapun hasilnya kami tidak perduli... yang kami butuh adalah persaudraan...

_REA_

Minggu, 02 Januari 2011

Gelora Oh Gelora ...

Satu hari, di tahun 1962: rasa khawatir akan ketidakmampuan Indonesia untuk menjadi penyelenggara Asian Games IV, seperti yang tercetus dalam koran Strait Times terbitan Singapura, ”Lonceng kematian Asian Games telah berdentang di Jakarta.” – tidak terbukti. Betul, hampir semua negara di kawasan Asia waktu itu tercengang ketika Asian Games Federation (AGF) pada tanggal 23 Mei 1958, menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV. Dua hal yang jadi alasan adalah: perekonomian Indonesia waktu itu baru saja bangkit dan negara muda ini sama sekali tidak memiliki kompleks olahraga yang representatif untuk menggelar pesta olahraga sekelas Asian Games. Tapi, mega proyek yang dimulai dari pertengahan tahun 1958 dan menelan biaya sekitar 12,5 juta dolar Amerika itu selesai pada waktunya.

Tepat pukul 5 sore, 21 Juli 1962, di tengah stadion dengan kapasistas 110.000 penonton, Bung Karno memberikan sambutan peresmian Gelanggang Olah Raga Senayan, kemudian dikenal dengan Gelora Bung Karno (Gelora), sekaligus menandai gladi resik pembukaan Asian Games IV/Jakarta 1962. Indonesia yang semula diragukan dapat menjadi penyelenggara, justru tampil sebagai negara yang paling siap di dunia untuk menggelar perhelatan olahraga tingkat internasional. Di tahun itu, untuk pertama kalinya, Indonesia mampu menjadi tuan rumah pesta olahraga terakbar di Asia yang diikuti 1.748 atlet dari 17 negara peserta.

Sukses melahirkan sukses. Kebanggaan itu ternyata menyuntikan semangat dan motivasi yang luar biasa pada para atlit kita. Dalam Asian Games ini, Indonesia berhasil menduduki peringkat kedua pengumpul medali terbanyak, sesudah Jepang. Sebuah prestasi yang tak pernah sanggup terulang lagi hingga kini, 47 tahun berselang.

Di satu waktu, Gelanggang Olah Raga Bung Karno pernah menjadi sebuah situs yang merepresentasikan hubungan saling pengaruh antara arsitektur, kota, dan perjuangan simbolik dalam pencarian identitas dan kekuasaan. Sebuah Monumen.

Ia adalah altar tempat menggelar ritus-ritus politik Soekarno yang anti-kolonialisme dan imperialisme. Dan Ganefo, olimpiade alternatif yang kemudian juga diselenggarakan di situ, menjadi rites de passage dari semua sub-sub ritus anti-kolonial yang pernah digelar sebelumnya. Ia menandaskan dan menyangatkan kekuatan politik saat itu. Sama seperti kolom-kolom Trajan atau patung-patung Lenin di jaman Sovyet Union. Sama seperti Istana Taj Mahal (walau sering diplesetkan bahwa istana itu adalah ‘tanda cinta’).

Ia menandai sebuah pencapaian arsitektur. Lepas dari berbagai prestasi olah raga mengagumkan yang pernah tercatat di sana, Gelora adalah integrated sport venues berstandar internasional dan terlengkap di kala itu, dengan fasilitas yang sengaja dibangun untuk mendukung pelaksanaan Asian Games IV, seperti Jembatan Layang Semanggi, Stasiun Pemancar TVRI, 4 areal parkir mulai dari Timur, Barat, Selatan dan Utara.

Stadion Utamanya, gedung terpenting dari keseluruhan kompleks, dibangun dengan mengangkat arsitektur kuda-kuda ‘temu gelang’ sebagai struktur utama, salah satu teknologi canggih saat itu yang masih jarang digunakan. Cukup pelik untuk dilaksanakan bahkan di negara pembangun Borobudur sekalipun. Konstruksi atap ini menggabungkan teknik compressing ring atau tension ring dengan beton tipis berupa shell, teknologi baru yang marak digunakan di tahun 60-an. Agar kaku dan kuat, konstruksi atap dibuat dengan sistem lipat yang memungkinkan terciptanya ketahanan terhadap beban sendiri dan tekanan angin yang mungkin terjadi. Pilar-pilar tipis yang ritmis mendukung dan mempertemukan bagian demi bagian atap, membentuk ruang terang dan gelap pada badan bangunan. Di siang hari, sinar matahari merembes masuk melalui celah-celahnya. Di kala malam, cahaya lampu memendar di antaranya.

Di dalam perkembangan Jakarta, ia adalah sebuah simpul (node), dan sekaligus landmark dari kota yang belum matang, yang mempengaruhi perkembangan dan pergerakannya lebih jauh ke selatan. Sejak ada Gelora di Senayan, Kebayoran menjadi tidak terlalu ‘jauh’.

Namun, apa yang diwakili oleh sebuah monumen? Memori. Tepatnya: memori kolektif. Sayangnya, memori bukanlah sebuah cetak biru. Ia tidak pernah tetap. Ia terus menerus mengalami pemaknaan ulang. Memori kolektif punya resiko untuk mengalami penyimpangan, juga degradasi makna. Sejalan dengan waktu, peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta lepas darinya, mengambil jarak, tinggal sejumlah kecil statistik yang kehilangan getar. Juga tidak lengkap. Seperti yang terjadi pada Gelora Senayan. Kebanggaan itu hampir sayup. Hanya jejak-jejak samar yang nyaris hilang dan angka-angka yang dengan mudah bisa kita dapatkan di google. Kini, hampir tak ada yang ingat nama-nama atlet peraih mendali emas pada Asian Games 1962. Bahkan nama arsitek Stadion Utama itu pun tidak pernah jelas. Silaban jelas terlibat, tapi diragukan sebagai arsitek utama.

Struktur-struktur itu masih tetap sama. Kemeriahan juga tetap terasa. Di seputar Stadion Utama, di satu sore yang tak jauh dari senja, orang-orang berlari-lari: dengan kekasih, dengan keluarga, atau dengan anjing. Ada yang berlatih skateboard, wushu, drum band, bahkan sulap. Ada pula yang bersepeda dengan santai. Di luar lingkaran, terdapat sirkuit untuk mobil-mobilan yang digerakkan dengan remote control, berdengung seperti sekumpulan lebah bertarung. Tak jauh dari situ, antrian panjang mobil-mobil berusaha menuju gedung konvensi yang sedang menyelenggarakan pertunjukan Disney On Ice.

Tapi tak ada yang baru. Waktu tercatat dengan jelas di situ, di gedung-gedung dalam kompleks, juga di Stadion Utama: papan denah yang berkarat, lampu neon yang tak lagi ritmik letaknya – banyak yang ompong dan bolong, tak jelas apakah masih menyala apakah tidak. Kumuh dan tak terawat. Ketika matahari yang bundar oranye turun di balik pohon-pohon, stadion menggelap. Hanya beberapa lampu sorot yang menyala di tiap 3 trave. Tak cukup, tentu, hingga suasana jadi suram. Bahkan muram. Ceriap burung-burung menggantikan orang-orang yang pulang . Mereka rupanya menghuni celah antara rangka atap. Lalu pelahan semua sepi. Sebuah titik remang diantara gemerlap area Senayan.

Di sini sangat terasa, ada yang lebih penting dari olah raga dan prestasinya.. Gelora Senayan telah berubah. Luas area olah raga yang juga berfungsi sebagai paru-paru kota itu telah berkurang hingga separuhnya, dari yang semula 279,1 hektar, kini menyusut hingga tinggal 136,84 hektar (49%) saja. Dari jumlah yang 51% itu, 67,52 hektar (24,2% dari luas semula) digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah seperti Gedung MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan, Kantor Departemen Pendidikan Nasional, Gedung TVRI, Graha Pemuda, kantor Kelurahan Gelora, SMU Negeri 24, Puskesmas, gudang Depdiknas dan rumah makan. Sisanya yang 26,7% atau 74,74 hektar disewakan atau dijual untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton, kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia, Hotel Atlet Century Park (dahulu Wisma Atlet Senayan), Taman Ria Remaja Senayan, Wisma Fairbanks, Plaza Senayan dan berbagai bangunan komersial lainnya.

Dibandingkan dengan kompleks olahraga di negara lain, kondisi Gelora saat ini memang jauh dari membanggakan. Tak usah jauh-jauh ke Cina, tuan rumah olimpiade 2008 dengan stadion ‘sarang burung’ karya Herzog de Meuron yang spektakuler, Korea Selatan telah melengkapi semua sarana di Busan sports center dengan teknologi digital. Menurut Badan Pengelola Gelora Bung Karno, hal tersebut dikarenakan pihaknya sampai saat ini masih kesulitan memperoleh dana untuk merenovasi berbagai sarana. Sejak tahun 1984 pengelolaannya sudah tidak termasuk dalam APBN. Hal itu mengakibatkan timbulnya kesulitan untuk merawat dan merenovasi beberapa sarana dalam kompleks ini. Di 47 tahun usianya, Gelora hanya pernah tiga kali mengalami renovasi. Tahun 1993 – menjelang Piala Thomas dan Uber 1994, tahun 1997 – menjelang SEA Games XIX, dan 2007 – untuk Piala Asia.

Menyedihkan sekali. Mereka terpaksa mencari pemasukan dengan mengubah fungsi beberapa fasilitas dengan menyewakannya ke pihak-pihak lain di luar kegiatan olahraga. Saat ini, bangunan-bangunan dalam kompleks Gelora lebih sering dijadikan tempat untuk menggelar acara pameran atau konser musik ketimbang pelaksanaan kegiatan olahraga. Belakangan bahkan ramai dipakai untuk mendeklarasikan partai politik!

Komersialisasi ini sudah pasti lalu mengubah makna Gelora dalam konteksnya. Di jaman di mana segala sesuatu bisa diperdagangkan, ia telah jadi sebuah situs komersial di antara yang lain: Plaza Senayan, Senayan City, Senayan Trade Center, Ratu Plaza, juga Gedung DPR/MPR. Bukan lagi sebuah icon. Bukan lagi sebuah monumen. Jakarta, mungkin juga Indonesia, telah kehilangan satu lagi simpul penting dalam perkembangannya. Apakah kita masih bisa bangga?

Satu hari, di tahun yang kita tak tahu, mudah-mudahan gelora itu bisa bergemuruh lagi.

*Avianti Armand, arsitek, cerpenis dan penyair

Sabtu, 06 November 2010

Review Arema Indonesia diJeda Libur Liga & Hot News

Setelah di pertandingan terakhir Arema Indonesia melalui Pierre Njanka memastikan tim Singo Edan memetik kemenangan tipis 1-0 atas Pelita Jaya di Stadion Kanjuruhan dalam lanjutan Superliga Indonesia 2010/11, Rabu [3/11].

Tambahan tiga angka mengantarkan Arema ke posisi dua klasemen sementara dengan nilai 17. Tim besutan Miroslav Janu ini tertinggal lima angka dari pemuncak klasemen Persipura Jayapura yang menggasak Persela Lamongan 3-0.

KLASEMEN SEMENTARA
Tim Pertandingan Kandang Tandang Gol
Poin MainMenangSeriKalahMenangSeriKalahMenangSeriKalahGMGK
  1. Persipura 22 8 7 1 0 4 0 0 3 1 0 25 3
  2. Arema 17 8 5 2 1 4 0 0 1 2 1 17 6
  3. PSM 15 6 5 0 1 2 0 0 3 0 1 8 4
  4. Persija 14 7 4 2 1 3 1 0 1 1 1 10 3
  5. Semen PDG 13 6 4 1 1 3 1 0 1 0 1 10 6
  6. PSPS 13 7 4 1 2 3 1 1 1 0 1 9 7
  7. Persema 10 8 3 1 4 2 1 1 1 0 3 13 13
  8. Sriwijaya FC 10 6 3 1 2 2 0 0 1 1 2 6 6
  9. Deltras 10 8 3 1 4 3 1 0 0 0 4 10 11
  10. Persiba 9 7 2 3 2 2 1 0 0 2 2 10 11
  11. Persiwa 9 8 2 3 3 2 2 0 0 1 3 10 14
  12. Persisam 7 6 2 1 3 2 0 0 0 1 3 7 10
  13. Persela 6 8 1 3 4 1 2 1 0 1 3 4 10
  14. Persib 4 6 1 1 4 1 0 1 0 1 3 8 12
  15. Pelita Jaya 4 7 1 1 5 1 0 3 0 1 2 9 15
  16. Persijap 4 6 1 1 4 1 1 2 0 0 2 5 11
  17. Bontang FC 4 6 1 1 4 1 0 1 0 1 3 6 20
  18. Persibo 2 6 0 2 4 0 2 2 0 0 2 4 9
STATISTIK
Topskor Semua Kompetisi
PemainGolPenalti
Pierre NjankaPierre Njanka
Arema
Bek53
Muhammad RidhuanMuhammad Ridhuan
Arema
Gelandang50
Noh Alam SahNoh Alam Sah
Arema
Striker30
Roman ChemeloRoman Chemelo
Arema
Striker20
Yongki Ari WibowoYongki Ari Wibowo
Arema
Striker10


Setelah Pekan ke 8, seluruh pemain Arema Malang diliburkan selama dua pekan mulai Kamis (4/11) ini sampai Kamis, 18 November mendatang. Libur diberikan karena kompetisi Liga Super memasuki jeda selama dua bulan sampai 4 Januari 2011 terkait dengan persiapan tim nasional menghadapi Piala AFF (Federasi Sepakbola ASEAN) 2010 pada Desember nanti, ditambah beberapa pertandingan ujicoba tim nasional.“Setelah dua minggu liburan, latihan digelar lagi untuk persiapan melawan tim sekota, Persema Malang, pada 4 Januari tahun depan. Latihan nanti langsung dipimpin (Miroslav) Janu,” kata juru bicara Arema, Sudarmaji, Kamis (4/11)

Dan ’’Menyikapi informasi di media terkait klaim keikutsertaan Arema Indonesia di LPI, hasil rapat Yayasan Arema memutuskan bahwa Arema Indonesia tetap mengikuti kompetisi ISL,’’ ungkap manajer media officer Arema, Sudarmaji.
’’Perlu dijelaskan ke Aremania sebagai suporter Arema Indonesia bahwa ada upaya pihak-pihak yang ingin memecah belah keutuhan Arema dan Aremania dengan berusaha mengklaim atas kepemilikan maupun keikutsertaan di kompetisi LPI,’’ sambungnya.
Manajemen Arema pun menghimbau agar Aremania bersatu padu melawan upaya pemecah belahan tersebut. Pasalnya, menurut Darmaji, Arema Indonesia ini adalah milik Aremania.’’Jangan usik perjalanan Arema Indonesia yang mulai mengukir prestasi baik di tingkat nasional dan Asia. Untuk itu, keputusan tegas ini menjadi bagian penting dari keseriusan dan komitmen Arema Indonesia untuk fokus menjalani kompetisi resmi yang dikelola PT Liga Indonesia yang disetujui PSSI dan AFC,’’ jelas Darmaji.
Lebih lanjut, mantan wartawan ini menegaskan, selama ini tidak ada komitmen dengan konsorsium LPI. Meski juga tidak dibantahnya, komitmen manajemen Arema justru dengan pihak Bank Saudara, sebatas komitmen sponsorship.’’Dan tidak pernah ada presentasi soal LPI. Karena itu, bila ada klaim kepemilikan Arema berpindah dan otomatis ikut LPI, itu sungguh diluar komitmen dan ada indikasi memecah Arema dan Aremania, sebab sampai saat ini, Arema Indonesia putuskan tetap eksis di ISL,’’ yakin Darmaji.

Sementara itu menyikapi Posisi Klasemen AIFC yang di masih peringkat dua diharapkan Pemain, Pelatih, Pengurus mampu memaksimalkan Pertandingan demi Pertandingan dengan Hasil Positif, karena hanya dengan kemenangan Arema bisa menyodok posisi klasemen ISL, Arema butuh kerja ekstrakeras untuk dapat menggusur Persipura Jayapura dari posisi teratas klasemen. Persipura mengantongi 22 poin dari 8 pertandingan, sementara Arema mengantongi 17 poin dari 8 pertandingan. sama-sama sudah menuntaskan delapan pertandingan.

NEXT DJADWAL AREMA INDONESIA

Dan semoga ekspektasi Aremania dapat terwujud dan Arema Indonesia mampu mempertahankan Juara ISL .
...Amin ....

Salam Satu Jiwa
_REA_
by Aremania Garasi