Mengenai Saya

Foto saya
Kami lahir bukan gila predikat terbaik, tapi kami ingin membuang Rasis dan menyingkirkan dari bumi AREMA selamanya. Sayangi Team kamu dan singkirkan rasis. Sepakbola untuk Indonesia ! "salam satu jiwa"

Selasa, 31 Agustus 2010

Istana dan Dana Sepakbola Indonesia

JAKARTA-Staf Khusus Presiden bidang Pemerintahan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai mengundang tokoh-tokoh sepakbola nasional berkumpul di Istana, Kamis (26/8) siang. Mereka membahas fenomena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dipakai untuk membiayai klub sepakbola.

Itu diungkapkan Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam di akun Twitternya, Rabu (25/8) kemarin. ”Besok, Velix Wanggai mengundang pengurus PSSI, atlet, mantan atlet untuk berdiskusi sepakbola dan identitas lokal," katanya.

Dikatakan, tokoh-tokoh yang akan hadir adalah Nurdin Halid, Syaifullah Yusuf, Arifin Panigoro, Dede Yusuf, Kusnaeni, Ian Situmorang, beberapa atlet dan pengurus PSSI. Juga tokoh seperti Dede Yusuf dan Syaifullah Yusuf turut diundang, selaku pembina sepakbola daerah. Hadir pula sejumlah pembina klub daerah seperti Walikota Jayapura MR Kambu.
Dalam siaran persnya, Velix menyatakan pengelolaan klub-klub sepakbola di tanah air sebagian besar masih mengandalkan dana APBD. Hal ini mengundang keprihatinan karena pemerintah telah melarang pembiayaan klub dari APBD melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
“Banyak kota atau kabupaten menggunakan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai dasar atas keputusan tersebut. Meskipun pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui APBD, hendaknya prioritas dana APBD tetap diarahkan pada pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan,” kata Velix Wanggai.
Menurut Velix, pemberlakuan Otonomi Daerah yang diikuti dengan pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah memberikan kesempatan pada kabupaten dan kota untuk menjalankan pembangunan berdasarkan lokalitas masing-masing.

Namun, pembangunan olahraga lokal hendaknya tidak mengorbankan upaya-upaya yang terkait langsung dengan kesejahteraan masyarakat. “Karena itu, kami berinisiatif mengumpulkan para pembina klub sepakbola dari berbagai daerah di Indonesia, guna mendiskusikan kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan dana APBD, serta mencari solusi strategis untuk pembiayaan klub sepakbola secara professional dengan menggali potensi masing-masing daerah,” ujar Velix yang masih mempunyai hubungan kerabat dari keluarga Immanuel Wanggai, pemain sepakbola nasional asal klub Persipura, Jayapura.

“Sepakbola merupakan olahraga dengan segmen pasar terluas di Indonesia. Pengembangan klub sepakbola secara profesional sangat dimungkinkan. Warna kedaerahan atau identitas lokal dapat menjadi brand untuk meningkatkan dukungan bagi klub dari sumberdaya lokal sehingga dapat memperkuat pilar-pilar sepakbola nasional dalam jangka panjang,” kata Velix.

Dicontohkan keberhasilan klub sepakbola kecil bernama Schalke 04 di daerah Gelsenkirchen, Jerman. Meski hanya sebuah kota berpenduduk 269.000 orang dan luas wilayahnya hampir sama dengan Kota Bekasi, Schalke 04 mampu keluar dari segala keterbatasannya. Klub peserta Bundesliga itu menjadi mandiri, bahkan berprestasi, menjadi salah satu pesaing berat Bayern Munich di Liga Jerman tersebut.

Sementara itu, untuk klub ISL sebagian besar masih menggantungkan suntikan dana APBD. Seperti Persija Jakarta untuk mengarungi kompetisi musim 2010-2011, bakal disuntik dana APBD DKI sebesar Rp 15 miliar. Begitu pula Persitara disuntik dari APBD sama sebesar Rp 5 miliar.

Persebaya muapun Deltras, Persema, Persela dan klub lainnya Jatim maupun luar Jawa rata-rata disuntik dana APBD di atas Rp 10 miliar. Mungkin di antara klub yang menggantungkan dana APBD itu, hanya Arema, Pelita Jaya dan Semen Padang yang sejauh ini sudah profesional. Kata lain, tiga klub itu tidak pernah mendapatkan suntikan dana pemerintah.

**Raden**/kom*

Senin, 30 Agustus 2010

REKOR-REKOR AREMA 1987-2010



Kemenangan terbesar:
kandang: 6-1 atas Aceh Putra (3/3/1991) & Pelita Jaya (3/4/2010)
tandang: 5-1 atas Persija Jakarta (30/5/2010)

Kekalahan terbesar:
kandang: 5-0 atas Persipura (28/2/2009)
tandang: 6-0 atas Persipura (26/1/2008)

Musim Kemenangan terbanyak
ISL II 2009/10
(23 kemenangan) (18 tim)

Musim kekalahan tersedikit
Galatama XII 1992/93 (3 kekalahan) (16 tim)

Musim kemenangan tandang terbanyak
ISL I 2009/10 (9 kemenangan)

Musim Memasukan gol terbanyak
ISL II 2009/10 (57 gol)

Musim Memasukan gol tersedikit
Ligina II 1995/96 (19 gol) (16 tim)

Musim kemasukan gol terbanyak
Ligina IX 2003 (59 gol) (20 tim)

Musim kemasukan gol tersedikit
Liga Pertamina Divisi I 2004 [8 gol (penyisihan) + 1 gol (babak 6 besar)] [12 tim + 4 pertandingan di babak 6 besar, semifinal & final]

Musim terbanyak perekrutan pemain asing
Musim 2008/09 (11 pemain asing)

Gol pertama
Mecky Tata (vs Makassar Utama)

Terbanyak top skor
Singgih Pitono 2 kali (1991/92 & 1992/93)

Terbanyak dalam mencetak gol di satu pertandingan
Emile Mbamba (4 gol) (vs Persijap 18/10/2007)

Gol terbanyak
Singgih Pitono 21 gol (1991/92)

Gol tercepat
Singgih Pitono 1 menit (vs Semen Padang 16/2/1992)

Gol tercepat kemasukan
Musikan pada detik ke-42 (vs Persik 13/7/2003)

Gol terjauh
Piere Njanka kurang lebih 50 m (vs Persipura 24/4/2010)

Pemain terlama
Jonathan (12 tahun) (1987-96, 1998-99)

Pemain tercepat tercoret
Leontin Chitescu (1 bulan) (1 kali main)

Pemain termuda
Kuncoro, Miftachul Huda (17 tahun)

Pemain tertua
?

Pemain tertinggi
Junior Lima (188 cm)

Pemain terpendek
Yoseph Iyai (155 cm)

Pemain termahal
Emile Mbamba disebut-sebut mencapai 2,5 milyar

Pelatih terlama/tersering
Gusnul Yakin (5 kali= 9 Tahun)

Pergantian pelatih terbanyak musim
Ligina IX 2003 (3 kali)

Kandang terbanyak
kurang-lebih 60.000 (Stadion Kanjuruhan) (vs Persija 13/7/2005)

Tandang terbanyak
kurang-lebih 45.000 diantara kurang-lebih 85.000 penonton (Stadion Gelora Bung Karno) (vs Persija 30/5/2010)

==============================================

Statistik Arema di Strata I Liga Indonesia

(Divisi Utama 1994-2008 ditambah ISL 2008-2010)

Jumlah Pertandingan = 392
Jumlah Menang = 173
Jumlah Seri = 99
Jumlah Kalah = 120
Memasukkan Gol = 477
Kemasukan Gol = 387
Total Poin = 618
Persentase Kemenangan = 44.13%
Persentase Seri = 25.25%
Persentase Kalah = 30.61%
Rata-rata memasukkan gol tiap pertandingan = 1.21
Rata-rata kemasukan gol tiap pertandingan = 0.98
Rata-rata poin tiap pertandingan = 1.58

==============================================

Klasemen Strata I Liga Indonesia

(Divisi Utama 1994-2008 ditambah ISL 2008-2010)

1. PSM Makassar 439 pertandingan 751 poin
2. Persipura Jayapura 426 pertandingan 689 poin
3. Persija Jakarta 431 pertandingan 670 poin
4. Persib Bandung 417 pertandingan 654 poin
5. Arema Malang 392 pertandingan 618 poin
6. Pupuk Kaltim 422 pertandingan 595 poin
7. Pelita Jaya 393 pertandingan 591 poin
8. Sriwijaya FC (d/h Persijatim) 387 pertandingan 505 poin
9. PSMS Medan 355 pertandingan 504 poin
10. Persebaya Surabaya 323 pertandingan 501 poin
11. Persita Tangerang 354 pertandingan 496 poin
12. Deltras Sidoarjo(d/h Gelora Dewata) 379 pertandingan 495 poin
13. Persema Malang 298 pertandingan 381 poin
14. Persik Kediri 237 pertandingan 373 poin
15. PSIS Semarang 361 pertandingan 470 poin
16. Semen Padang 345 pertandingan 468 poin
17. Persikota Tangerang 265 pertandingan 377 poin
18. PSDS Deli Serdang 303 pertandingan 361 poin
19. Gresik United(d/h Petrokimia Putra) 255 pertandingan 360 poin
20. Persiba Balikpapan 264 pertandingan 351 poin
21. Barito Putra 231 pertandingan 306 poin
22. PSPS Pekanbaru 206 pertandingan 287 poin
23. PSS Sleman 205 pertandingan 273 poin
24. Persiraja Banda Aceh 194 pertandingan 249 poin
25. Persisam putra (d/h Putra Samarinda) 183 pertandingan 242 poin
26. Persiwa 131 pertandingan 217 poin
27. Persma Manado 163 pertandingan 201 poin
28. Bandung Raya 93 pertandingan 192 poin
29. Mitra Kukar (d/h Mitra Surabaya) 105 pertandingan 168 poin
30. Persikab Bandung 150 pertandingan 163 poin
31. Medan Jaya 134 pertandingan 151 poin

**Raden dari berbagai sumber**


Sabtu, 28 Agustus 2010

Arema = St Pauli ( sebuah klab yang bermarkas di Hamburg - Jerman )

Jika Muangthong FC diidentikan dengan Manchester Unitednya Asia Tenggara. Maka Arema adalah St Paulinya Indonesia. St Pauli FC adalah sebuah klab yang bermarkas di Hamburg tepatnya di Saint Pauli. Meski Selama berkompetisi di liga sepak bola profesional Jerman, klub ini belum sekalipun meraih prestasi yang bergengsi. Namun klub ini punya atribut membanggakan yang tidak dipunyai suporter lain di seantero Eropa sana. Suporter disana terkenal sangat loyal, karena sepakbola sudah dianggap sebagai denyut nadi kehidupan. Ada rasa kebanggaan tersendiri dalam rangka membela Panji St Pauli.

Padanannya tentu saja adalah Arema, dalam blog Jakarta Casual, ada artikel yang menulis,

Arema are more than just a football club. They are a way of life. They are the St Pauli of Indonesia. A culture with in a culture. Satu Jiwa, one heart or one soul. Arema is rough and ready. It's Satu Jiwa, one soul, it's Arema or nothing. It's a five hour walk home after a home game.It's football of the people, not the marketing men and it's real.

Karena, Arema sesungguhnya bukan sekedar sebuah klub sepakbola berikut komunitas suppoerternya yang sangat fanatik. Lebih dari itu, adalah sebuah simbol, atau lambang yang menandakan kebanggaan terhadap identitas sebagai orang asal Malang, Salam satu jiwa adalah simbol kebanggaan untuk saling bersodara, rasa memiliki, dan tentu saja kebanggaan besar akan klab sepakbola. Oleh karena itu, sebutan Arema bukan sekedar melekat pada komunitas sepak bola, namun juga digunakan oleh komunitas sopir angkutan umum, tukang becak, komunitas tinju dan lain-lain. Sama halnya klab St Pauli di Jerman yang begitu dicintai.

Dalam perspektif historis, identitas Arema juga dapat dilihat sebagai bentuk resistensi terhadap Arek Surabaya. Bukan rahasia lagi jika anak-anak muda Malang dan anak-anak muda Surabaya sejak dahulu bersaing dalam banyak hal. Mereka bersaing untuk menjadi warga yang paling superior di Jawa Timur. Dalam konteks itulah, kadar permusuhan Arek Malang terhadap Arek Surabaya begitu mengental dan dalam kasus-kasus tertentu melebihi permusuhan mereka dengan komunitas yang secara geografis lebih jauh.

Arema kemudian menjelma mejadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter yang berbeda dari subkultur Arek -yang secara umum telah identik dengan Arek Surabaya. Arek Malang membangun reputasinya di antaranya melalui musik dan olahraga. Sejarah menunjukkan Malang adalah gudangnya petinju berprestasi seperti : Thomas Americo, Wongso Suseno, Polo Sugaray, Monodh, dan lain-lain. Malang juga melahirkan pesepak bola kenamaan : Bambang Nurdiansyah, Jamrawi, Singgih Pitono, Aji Santoso, Kuncoro, Maryanto, Agus Yuwono, Charis Yulianto dan lain-lain. Beberapa dari mereka bukan asli Malang, namun mereka besar di Malang dan bangga disebut Arek Malang.

Aremania Adalah Sponsor Arema

Bukan hal aneh jika selama ini dukungan Aremania kepada Arema terasa sangat besar, bahkan menyentuh segi ekonomi. Sejak dulu bukan kabar yang mengagetkan jika klub ini hampir tidak bisa mengikuti kompetisi Liga karena tidak punya dana. Problem dana memang telah mendarah-daging dalam Arema. Uniknya, klub berlogo singo edan ini selalu dapat mengatasi problem itu, bahkan mempu berprestasi lumayan bagus.

Sekali menjadi juara kompetisi Galatama, 2 kali Copa Indonesia, dan 1 kali ISL adalah buahnya. Catatan prestasi ini cukup untuk menempatkan Arema salah satu tim yang disegani di kancah Pesepakbolaan Indonesia. Namun yang lebih sering menarik perhatian publik bola nasional dari Arema dalah polah-tingkah komunitas supporternya yang dikenal dengan sebutan Aremania. Aremania banyak dipuji sebagai prototipe supporter sepak bola yang ideal untuk masa depan sepak-bola Indonesia. Mereka mampu menggabungkan unsur fanatisme terhadap klub kebanggaan dengan sportivitas terhadap pemain dan suppoter lawan, serta kreativitas dalam menghidupkan atmosfer pertandingan. Hal inilah yang membuat Jakarta Casual tidak ragu untuk memberi padanan bahwa Arema adalah St Paulinya Indonesia.

http://wearemania.net/images/berita/2010_08/aremania130207.jpg



Militansi Aremania tak diragukan. Mereka sanggup bernyanyi dan menari sepanjang pertandingan untuk mendukung tim kesayangannya. Mereka tetap memberi dukungan walaupun tim Arema mengalami kekalahan. Yang terbaru adalah rekor jumlah tandang penonton hingga kisaran 45 ribu ketika Arema bersua dengan Persija di 30 Mei 2010 lalu.

Aremania mempunyai prinsip kuat. Kalau mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli tiket atau berjalan ke kota lain untuk menonton Arema, mereka akan bermain musik di jalan atau meminjam uang dari teman untuk mendapatkan uang. Mereka tidak akan mencuri atau melakukan sesuatu yang merupakan pelanggaran. Prinsip ini adalah sama kalau Aremania ke kota lain untuk menonton Arema. Aremania tidak mau menganggu masyarakat kota itu atau melakukan sesuatu yang kurang sopan. Arema kuat dalam kepercayaannya dan tidak pernah mau menciptakan persoalan. Hanya ada satu hal yang bisa mendapat Aremania menjadi kurang baik yaitu kalau pendukung tim lain merusak bendera Arema. Misalnya, menurut seorang Aremania, sering kali Aremania dilempari waktu di pertandingan tetapi Aremania duduk diam dan tidak membalas atau melakukan apa saja. Akan tetapi, kalau pendukung tim lain itu merusak bendera, Aremania akan menjadi marah dan membalas sebagai kekuatan satu.


Militansi inilah yang membuat banyak pemain asing, khususnya duo singapura betah di Malang. Militansi itu yang membuat para pemain bermain kesetanan dan sanggup mengalahkan tim-tim yang lebih unggul. Para pemain bahkan begitu loyal terhadap tim, walaupun mereka tidak digaji setinggi jika mereka bergabung dengan tim lain. Ridhuan dan Along sendiri sebenarnya sudah hampir bergabung dengan Sriwijaya. Namun karena Aremanialah mereka balik kucing untuk membela panji Singo Edan.

Di sisi lain, keberadaan Arema dan Aremania juga bermakna sebagai media katarsis bagi problem-problem sosial yang dihadapi anak-anak muda Malang. Jika mau jujur, karakteristik anak-anak muda Malang tidak jauh beda dengan anak-anak muda Surabaya. Mereka menjadi bagian dari dinamika tradisi kekerasan, premanisme serta gaya hidup hedonis yang juga berkembang di Malang. Arek Malang dalam sejarahnya juga mengenal minum-minuman keras, narkoba dan berbagai bentuk aksi kejahatan. Omong-omong tentang kekerasan, bahkan ada seloroh yang menyatakan "Tradisi kekerasan di Malang sudah kondang sejak jaman Ken Arok".


Simak Artikel St Pauli di Wikipedia berikut
http://en.wikipedia.org/wiki/FC_St._Pauli#Supporters

Walaupun tidak ada data statistik yang meyakinkan, namun kita bisa menyakini kebiasaan-kebiasan buruk Arek Malang itu menurun signifikan sejak mereka Arema berdiri tahun 1987 dan berhasil menjadi simbol kebanggaan baru bagi Arek Malang. Arema dapat menjadi muara (yang positip) bagi Arek-arek Malang untuk menumpahkan segala kesumpekan hidup yang mereka alami. Arema dapat menjadi media katarsis bagi energi-energi terpendan dalam tubuh anak-anak muda di Malang.

Dalam konteks inilah, fanatisme terhadap Arema menghasilkan efek-efek positip. Fanatisme itu dapat mengurangi kebiasaan nge-drug, minuman keras, trek-trekan (balapan liar) dan kebiasan-kebiasan buruk lain yang lazim dilakukan arek-arek Malang. Fanatisme itu tidak dibiarkan tumbuh liar, melainkan dikelola dengan baik melalui pembentukan korwil-korwil Arema berikut berbagai kegiatan positipnya : pengajian, tahlil bersama, arisan, bakti sosial dan lain-lain.

Memang mustahil untuk memastikan bahwa 100.000 lebih supporter Arema semuanya sudah berkelakuan baik. Tentu saja ada satu-dua orang yang masih suka minum-minuman, ngedrug, nyopet ataupun tindakan kejahatan yang lain. Meskipun demikian, harus diakui Aremania semakin jauh dari kesan supporter sepak bola yang sangar, anarkhis dan suka melakukan kekerasan.

Berdasarkan realitas-realitas di atas, terlihat bahwa Arema sesungguhnya adalah aset yang sangat berharga bagi masyarakat Malang dan sekitarnya. Eksistensi Arema dan Aremania mampu menghadirkan sejumlah dampak positip bagi kehidupan sosial masyarakat Malang pada umumnya karena Arema adalah St Paulinya Indonesia

Salam Satu Jiwa

*abi/we/berbagai sumber

*Raden*

Jumat, 13 Agustus 2010

Pantaskah mengaku AREMANIA ?! KAWAN atau MUSUH ?!




14 agustus 2010, Arema Garasi

Arema, sebuah fenomena, budaya, dan identitas yang mungkin kini sudah sangatlekat dari tubuh setiap insan yang berada di kota terbesar nomor dua dijawa timur saat ini. Sebuah nama yang baru saja mengejutkan dunia sepak bola nasional, karena dengan segala masalah finansial dan “kedudukan” pemain yang tidak bisa dibilang nomor satu,,tim itu kini telah menjelam menjadi tim nomor satu negara kita, bahkan dengan menjadi raja Indonesia itu,,efek yang begitu besar telah mengena pada setiap hati masyarakat malang raya,,,mereka tk mempedulikan berapapun uang yang harus dirogoh hanya untuk ikut berbaur kebahagiaaan atas kemenangan yang telah ditunggu selama 18 tahun ini, bahakan atribut biru-biru dan gerombolan massa akhir-akhir ini sulit untuk hilang dari pandangan kita,


Namun, mari sejenak kita menengok kebelakang dan melihat sesuatu yang mungkin bisa membuat kita berpikir lebih dewasa. Dibalik semua euforia pesta aremania dan juaran-nya arema indonesia dikancah persepakbolaan nasional, ada satu hal yang harus kita koreksi bersama, satu hal yang akan terus menjalar apabila kita sebagai manusia yang dewasa dan mengerti tidak segera memikirkan hal ini, satu hal yang mungkin akan selalu terlupakan dalam waktu yang begitu singkat karena sebuah kata “loyalitas tanpa batas” yang sudah tersematkan pada hati setiap aremania, namun coba kita pikirkan kembali dalam-dalam tentang kata “loyalitas tanpa batas” itu, benarkah kita loyal kepada tim kebanggaan kita??, atau kita loyal pada mereka yang sengaja atau mungkin tidak sengaja “tega” memakan sodaranya sendiri??. Ya, CALO, adalah sebuah sebutan yang selalu melekat pada setiap mafia tiket yang selama ini beredar sangat luas dibumi kebanggan kita ini. Entah pada siapa kita harus mengadu, bahkan dari beberapa sumber menyebutkan bahwa tercipatanya mereka tak bisa lepas adri “dukungan” yang juga diberikan dari oknum-oknum dibalik layar, bahkan sebagai bukti pula,,,sudah beribu janji yang terucap dari bibir pihak yang terkait jika mereka akan membasmi para mafia itu, toh nyatanya sampai detik terakhir pertandingan “ perang bintang” kemarin, mereka masih berkeliaran bebas di pinggir-pinggir jalanan kota tercinta kita ini.


Banyak cerita yang tercipta dari terjadinya sebuah fenomena itu, bahkan sempat membuat bibir saya tersenyum pasi membayangkan dan mendengar ceritanya, mulai dari cerita temanya teman saya yang menjadi CALO tiket pada pertandingan big match, dimana besoknya sang CALO langsung bisa membeli sepeda motor dengan merk ternama, sampai cerita meningktnya harga tiket 2-3 kali lipat dalam setiap pertandingan big match, bayangkan saja jika pada sebuah pertandingan big match mereka mengambil keuntungan 25 ribu, dan mereka berhasil menjual 100 tiket, sudah berpa omset yang mereka dapatkan hari itu juga,,,??, sementara mereka yang awam dan tak mengerti apa-apa langsung saja meng iyai berapapun tiket yang dijual tersebut, tanpa memikirkan andaikan uang 25 ribu yang kalian berikan ke calo itu tersimpan dan bisa untuk membeli tiket lagi pada hai berikutnya, mingkin kalian akan lebih senang karena kalian telah bisa membantu pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas team ini.kembali saya tanyakan,,benarkah ada kata “loyalitas tanpa batas” itu dihati kalian untuk arema indonesia??

Sebuah fenomena yang runyam memang, disisi lain mereka rela merogoh kocek berapapun untuk tim kebanggan kita demi sebuah sebutan “aremania sejati”,, disisi lain ada mereka yang tega memeprdayai mereka yang menginginkan kata itu disebutkan pihak lain untuk mereka,,,sebuah hubungan yang erat dan mungkin akan susah terpisahkan.
Dan mirisnya, hal itu terjadi karena keteledoran yang mungkin tidak disadari, bahwa terciptanya mereka para mafia adalah tanpa disadari dari diri merka sendiri aremania. Dari sumber yang saya temui, para mafia tiket itu adalah banyak juga yang berasal dari korwil-korwil yang tidak aktif, yang sudah menyebar di seantero malang raya dan sekitarnya. Sungguh miris dan memalukan, kita yang telah disebut sebagai suporter terbaik se-Indonesia telah mengkhianati kepecayaan tersebut. Dan jika hal ini tidak segera terobati, maka tidak menutup kemungkinan hal ini bisa menghancurkan diri kita sendiri, seperti sebuah kalimat yang terucap dari bibir “bapak” kita ovan tobing “tidak ada satu kekuatanpun yang bisa menghancurkan aremania, kecuali kekuatan TUHAN dam aremania itu sendiri”,,mungkinkah hal ini akan terjadi??

Nawak,,,tim kebanggan kita sudah memberikan yang terbaik buat kita,,sudah sepatasnya kita juga harus memebrikan yang terbaik untuk merka dan kota ini, mari kita berpikir lebih jernih,,merkea para mafia itu musuh ato kawan kita??,,dan jawaban itu ada dalam hati kita masing-masing, maka jika kalian telah menemukan jawabanya, segeralah menggandeng tangan sahabat-sahabat kita untuk berjalan bersama menuju kebaikan, mari kita berantas bersama mereka yang mungkin tanpa sengaja telah menodai almamater kita sebagai suporter yang disegani di negeri ini, sebagai suporter yang dicintai banyak insan di negeri ini, marilah kita berikan kepercayaan penuh kepada mereka yang telah bangga dengan kita, marilah kita buktikan kepada meraka semua bahwa kita adalah suporter yang cinta damai dan bisa beripikir dewasa serta mampu bertanggung jawab dengan semua beban yang ada, tak perlu kita menunggu janji yang belum juga terbukti, karena hanya dengan hati yang bersih, rasa memiliki dan mencintai kepada tim ini lah kita bisa menjadi lebih baik dari kita yang sekarang,,,dewasalah aremania,,,

Satu dalam damai bitu aremania,,,salam satu jiwa...

--Raden--

Minggu, 08 Agustus 2010

Duo Singapore yang sangat mencintai Aremania & Kembalinya Squad Juara




Kalau hati sudah tertambat, ya susah untuk melupakan. "begitulah kira2 ungkapan yang pas buat mereka". Ketika didatangkan oleh management AREMA INDONESIA musim kemarin, mungkin mereka hanya mendengar dari media atau bocoran dari wartawan bahwa Aremania adalah suporter fanatik dansangat kreatif, tetapi dimusim yang baru berakhir kemarin mereka telah mumbuktikan sendiri akan kreatifitas dan fanatisme Aremania,dan lagu khas Aremania " Salam Satu Jiwa" pun begitu mengena di Jiwa duo Singapore ini, disamping solid dan kondusinya racikan Mr Trebor yang menghantarkan mereka menjuarai gelar ISL 2009/2010 yang juga penantian panjang AIFC dan Aremania, dan gelar runer-up Piala Indonesia, yang ini juga merupakan gelar pertama buat M Ridhuan, yang selama dikarier sepak bola nya di dalam negri Singapore belum pernah merasakan gelar Liga.

Walupun setelah AIFC merebutnya dan Arema Indonesia sempat goyang dengan rumor Eksodusnya Pelatih dan sebagian besar Pemain AIFC, yang pada Akhirnya kabar rumor tersebut juga hampir mendekati kebenaran dengan Pra-kontarak duo Singapore tersebut dengan Sriwijaya FC, dan yang pada akhirnya mereka membatalkanya dan siap mengembalikan sejumblah uang Pra-kontrak mereka ke Sriwijaya FC. Keputusan mereka ini juga terdorong dari telah resminya Pierre Njanka untuk tetep bertahan di Arema Indonesia musim depan, setelah batalnya transfer ke PSM Makasar untuk mengikuti sang Arsitek Mr Robert yang memang sudah resmi menjadi bagian team Ayam Kinantan.

Sampai saat ini 15 pemain Arema Indonesia squad team juara, sudah membubuhkan tandatanganya termasuk duo Singapore, menyisakan negosiasi dengan Roman,Kurnia Mega,Esteben, dan pemai lainya.

Dan akhirnya keinginan Aremania dan banyak pihak agar duo singapura,
Noh Alam Shah dan Ridhuan Muhammad tetap di Arema Indonesia akhirnya terwujud. Tadi sore, keduanya resmi mengikat kontrak dengan Singo Edan.

Ketua Yayasan Arema, HM Nur mengatakan sangat bersyukur, Along dan Ridhuan mewujudkan niatannya untuk kembali ke Malang. "Alhamdulillah, kami pengurus yayasan juga serius mewujudkan keinginan Aremania agar mengembalikan keduanya ke Arema,," ujarnya.

Ditambahkan HM Nur, keduanya juga telah berkomitmen untuk meningkatkan penampilannya di Arema. Untuk Along, kata HM Nur, siap untuk memperbaiki diri, setelah mendapat saran dan masukan dari jajaran pengurus Arema, Aremania, media dan semua pihak.

Kedepan, lanjut HM Nur, Along akan berkomitmen mengantarkan prestasi lebih baik dan menjaga citra
Arema Indonesia. ."Karena itu, sekarang ini kita semua menatap kedepan, tidak perlu melihat kebelakang, tantangan kedepan jauh lebih berat, yakni mempertahankan juara ISL serta mengharumkan nama Indonesia melalui Arema tampil di level Asia,," pungkasnya.

--Raden Garasi--

Kamis, 05 Agustus 2010

Gonjang ganjing Eksodus Pemain Arema Indonesia Dan Up-Date








Sejak 2 bulan terakhir Aremania dibingungkan gunjang ganjing tentang eksodus pemain sikap tertutup management.
Bahkan !!! Kemarin tertulis judul besar dibeberapa Media besar tentang
Dan yang terbaru tepatnya pagi ini media besar di dua wilayah sudah membuat berita heboh tentang kepindahan Noh Alam Shah dan M Ridhuan. Di Jawa Pos Alam diberitakan dikontrak 1,1 M sedangkan 950 juta untuk Ridhuan.
Di media Sriwijaya Pos, Along sudah resmi milik Sriwijaya dengan kontrak sebesar 700 juta.
Dan untuk "Papa" Njanka
Saga eksodus ini jika kita mengacu kepada status pemain di media facebook, tentunya akan berlanjut kepada pemain lain. Maklum ada indikasi ketidakpuasan akan hasil yang didapat dibanding dengan kerja kerasnya

Menunggu Gerak Manajemen

Robert yang melakukan konprensi ketika ada perpisahan di hotel regents park waktu Arema meraih hasil runner up Piala Indonesia, masih menunggu itikat baik dari manajemen untuk menghubunginya. "Yes, Tentu saya masih menunggu kontrak dari manajemen, namun sampai saat ini saya masih belum dihubungi".

Namun, seperti pepatah bahasa Belanda yang diterjemahkan oleh staf hotel, yang berbunyi 'Ada waktu untuk datang, dan Ada waktu untuk Pergi, Namun ketika pergi tidak aka pernah kembali"

Meski kejadian di hotel itu bermaksut perpisahan, namun bukan dalam arti sebenarnya untuk berpisah. Seperi yang sudah dibilang, semuanya masih menunggu itikat baik dari manajemen untuk mengontrak dia.

Selain itu, Robert juga mengungkapkan tentang pemain yang sangat membutuhkan uang gaji, maklum sebagai sebuah keluarga tentunya masih dibutuhkan sebuah uang untuk berkembang. Sangat disayangkan sekali jika ini (uang.red) telat dibayarkan.

Sementara terkait pemberitaan Robert yang berkunjung ke Makasar oleh ( MP )

Robert Rene Alberts memenuhi janjinya datang ke Makassar, untuk menggelar negosasi dengan manajemen PSM, kemarin. Memang Robert belum membubuhkan tandatangan kontrak resmi, namun pelatih asal Belanda ini secara lisan memastikan, PSM menjadi klub pilihan berlabuh musim depan.
‘’Saya belum tanda tangan. Tapi semua positif sesuai komitmen. Saya akan pulang dulu ke Malaysia dan berdiskusi dengan keluarga soal negosiasi hari ini. Yang pasti semua oke dan ini sangat positif. Saya tiba di Makassar hari ini ternyata sangat excited (takjub, red),’’ kata Robert kepada Fajar (Grup Malang Post) di Lapangan Karebosi. Negosiasi manajemen PSM dan Robert berlangsung di Hotel Clarion. Robert didampingi agennya, Onana Denis Jules sementara dari pihak PSM hadir Manajer, Hendra Sirajuddin, Suhardi Hamid (Asisten Manajer Keuangan), Syahril Cakkari (Asisten Manajer Bidang Hukum), Faisal Maming (Asisten Manajer Perlengkapan), Nurmal Idrus (Jurubicara), Noor Korompot (Marketing Communication) dan Abdi Tunggal (Asisten Manajer Bidang Teknik). Negosiasi berlangsung alot karena ada beberapa poin krusial yang saling dicocokkan. Salah satunya, soal komposisi asisten pelatih.
Robert ternyata ikut memasukkan dua mantan asistennya di Arema Malang, Liestiadi dan Herman Kadiaman sebagai asisten pelatih. Sebelumnya negosiasi Liestiadi dan Herman tak pernah masuk nominasi di PSM. Robert bahkan menjadikan dua asisten ini sebagai syarat mutlak jika ingin direkrut oleh PSM.
Herman sendiri ikut dalam pertemuan tersebut. Namun sama seperti Robert, Herman pun belum tekan kontrak resmi. Sementara Lestiadi masih berada di Malang. Padahal di PSM sudah ada dua asisten, Imran Amirullah dan Lukman Sulaiman.
’’Iya, Robert meminta didampingi asistennya di Malang yakni, Lestiadi. Dia akan membantu Robert melakukan perburuan pemain, sebelum dia kembali ke Makassar, pekan depan,’’ tambahnya.
Berapa angka untuk Lestiadi dan Herman? Pengelola belum memastikan. Pasalnya, dua kontrak asisten akan dibicarakan terpisah dari Robert. ’’Kontraknya berbeda. Herman dan Lestiadi akan segera kita hubungi untuk bicara lebih detail,’’ terang Hendra.
Untuk sementara saat Robert belum tiba, Herman dan Lestiadi ditugasi menginventarisir calon pemain buruan. Daftar nama dari dua asisten inilah yang akan dimasukkan ke pengelola PSM. ’’Iya, tugas khusus seperti itu, dia akan bekerja lebih cepat,’’ ungkapnya.
Kedatangan Robert di Makassar memang terkesan buru-buru. Pelatih Arema Malang juara Indonesia Super League (ISL) III itu bahkan langsung terbang ke Malaysia pukul 17.00 WITA usai melakukan negosiasi dan menemui para pemain PSM di Lapangan Karebosi. Di Karebosi, Robert bahkan hanya menyapa pemain tak lebih dari 10 menit.
Di depan para pemain Robert hanya mengatakan bahwa pekan depan dia akan kembali ke Makassar, memperjelas kepastian nasibnya, termasuk mulai bekerja jika memang deal. Hanya ceramah sekitar lima menit, tak lama kemudian, bersama agennya Onana Denis Jules meluncur ke bandara.
Kepada wartawan Robert mengatakan, selain negosasi yang menjadi inti kedatangan dia ke Makassar. Dia pun sempat mengunjungi sekolah Dian Harapan Tanjung Bunga dan Makassar Internastional School di Jalan Bontolempangan yang dijanjikan pengelola PSM sebagai bagian dari syarat kontrak. Jika Robert jadi melatih PSM, dia berencana memboyong keluarga termasuk dua anaknya bersekolah di Makassar.
Selain sekolah, Robert juga sempat mengunjungi tiga hotel yang disiapkan sebagai tempat menginap selama bekerja di PSM yakni The Banua Hotel, Hotel Santika dan Hotel Clarion. Dari tiga hotel ini belum ada yang diiyakan Robert. ‘’Saya pulang dulu diskusi dengan keluarga. Saya akan kembali, Mudah-mudahan mereka welcome,’’ pungkas Robert.

Sementara Kabar Terbaru tentang AREMA INDONESIA
Harapan Aremania untuk melihat performa pemain Arema yang meraih trophi ISL mulai terkabul. 9 punggawa lokal plus satu asing sudah secara resmi meneken kesepakatan dalam rangka bermain untuk Arema untuk musim 2010/2011. Dengan dikontraknya mereka, tentu saja sangat melegakan, karena secara resmi Arema sudah kehilangan duo Singapure, yaitu Alam Shah dan M Rdihuan ke Sriwijaya FC.

Media Officer Arema, seperti yang dikutip dari milis mengatakan, "Setelah musim kompetisi resmi berakhir, maka sejak 2 Agustus 2010, segala kebijakan di PT Arema Indonesia dikelola oleh Yayasan Arema, termasuk dalam rekrutmen tim. Sesuai program kerja yang telah disusun, minggu pertama Agustus, jajaran pengurus Yayasan Arema, dipimpin Dewan Pembina Yayasan Arema, bapak Andi Darusalam Tabusala dan Ketua Yayasan Arema, HM Nur melakukan upaya untuk merekrut pemain, utamanya semaksimal mungkin mempertahankan pemain Arema Indonesia yang telah turut mengantarkan Arema Indonesia meraih prestasi tahun ini. Serta mencari jajaran pelatih yang berkualitas"

Satu, pemain asing yang sudah meneken kerjasama adalah kapten Arema, Pierre Njanka, dia di hari Kamis 5 Agustus pukul 11.00 WIB, disusul sembilan pemain lokal yang selama ini berdedikasi dan loyal kepada Arema, mereka adalah Ahmad Bustomi, Benny Wahyudi, Hermawan, Juan Revi, Dendi Santoso, Roni Firmansyah Purwaka, Irfan Raditya dan Tomi Pranata.

')" onmouseout="tc()" color="#000088">Dan Kembalinya pelatih Miroslav Janu dari Cekoslovakia. Kepastian, Singo Edan akan kembali dilatih pelatih berkarakter itu, disampaikan oleh Dewan Pembina Yayasan Arema, Andi Darusalam Tabusala.

Dipilihnya Janu, tentunya karena kualitas Janu sebagai pelatih sudah teruji. Apalagi, dia belakangan ini terus meningkatkan kemampuannya dalam melatih di negaranya. Janu juga merupakan sosok pelatih yang ulet dan disiplin dalam memberikan kemampuan kepada anak asuhnya.

Janu sendiri, sudah sangat tidak asing dengan Singo Edan, sebab pernah melatih ')" onmouseout="tc()" color="#000088">Arema Indonesia tahun 2007. ADT menjelaskan bahwa Yayasan ')" onmouseout="tc()" color="#000088">Arema sudah melakukan kontak dengan Janu sejak pekan lalu. Prinsipnya, Janu siap melatih kembali Arema, dan siap pula mengukir prestasi bersama Singo Edan.

Hari ini, pihak Yayasan ')" onmouseout="tc()" color="#000088">Arema juga telah mengirimkan surat undangan ke Kedutaan Besar RI yang ada di Cekolslavakia di Praha , agar Janu datang ke Indonesia. ADT menegaskan bahwa sudah ada deal kontrak dengan Janu, tinggal kepastian soal tanda tangan kontrak dan fasilitas lainnya.

Dengan datangnya Janu, dipastikan mantan pelatih ')" onmouseout="tc()" color="#000088">PSM ini juga akan didampingi Asisten Pelatih, ')" onmouseout="tc()" color="#000088">Joko Susilo. Duet Janu dan Joko Getuk ini diharapkan mampu membawa Singo Edan lebih berprestasi.

Dan Rumor Come Back nya
M Ridhuan dan Noh Alamsyah setelah Sriwijaya FC mempertanyakan sikap dan etika dari kedua pemain asal Singapura tersebut, terutama Along dan ini membuat Kedua pemain Singapura tersebut enggan membicarakan dan meneruskan Pra-Kontrak yang sebenarnya cuma menyisakan pembubuhan tandatangan yang akan memastikan bahwa musim depan sudah resmi memakai kostum Sriwijaya FC.
Dan ini bisa akan menjadi sinyal kuat bahwa Noh Alamsyah dan M Riduan akan tetap memakai kustum Singo Edan musim depan.

--Raden--




Minggu, 01 Agustus 2010

Arema Sejati Berjiwa besar.



Terlepas kekalahan yang menyakitkan akibat kurang tegasnya wasit FIFA, Jimmy Napitupulu yang memimpin pertandingan final Piala Indonesia 2009/2010 yang berlangsung dikota yang terkenal bersahaja bagi Aremania yaitu kota SOLO. Terlebih sejarah Arema memang tidak pernah ‘bersahabat’ dengan Jimmy Napitupulu. Paling tidak, hal itu juga dirasakan Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo.
Bagaimana tidak, Arema sudah harus bermain 10 orang sejak menit 20, setelah Noh ‘Along’ Alamshah di kartu merah Karena dianggap melanggar Precious Emuejeraye, disamping emosi Along yang meledak-ledak ketika 20 menit babak pertama. tetapi kejadian yang hampir mirip itu juga dilakukan Precious terhadap Roman Chmelo beberapa menit kemudian, justru dibiarkan saja oleh wasit Jimmy. Sebuah pemandangan berbeda terjadi usai wasit Jimmy Napitupulu asal Jakarta, meniup peluit akhir babak pertama. Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo turun ke sentelban. Dia juga langsung menemui pengawas pertandingan. Hal yang sama dia lakukan saat pertandingan babak pertama berjalan di menit 25, atau beberapa saat setelah Jimmy mengusir Noh Alamshah. Kapolda terlihat mendatangi dua pelatih. Pertama ke bench Sriwijaya FC dan menemui Rahmad Dharmawan, dilanjutkan menemui Robert Rene Alberts. Kala itu dia meminta kedua pelatih bisa meredam emosi pemain. Pasalnya di tengah lapangan, tensi permainan semakin meninggi. Berkali-kali pemain dari kedua tim saling dorong dan nyaris terjadi gesekan.
kejadian-kejadian dilapangan semakin membuat tensi pertandingan semakin meninggi dan menjurus kasar, dan ini mulai merembet ke tribun penonton yang dikuasai Aremania dan saudara dekat mereka Pasoepati, dan membuat cemas Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo yang menilai ’’Saya melihat wasit kurang fair" kata dia.
Dan pada akhirnya ketika babak pertama usai, Kapolda langsung bereaksi. Dia meminta pertandingan tidak dilanjutkan, kecuali wasit diganti.
Bahkan ketika itu sempat muncul wacana untuk mendaulat Sriwijaya FC dan Arema sebagai juara bersama. Hal itu dilakukan jika tidak ada kesepakatan agar Jimmy diganti. Meski secara regulasi, Kapolda tidak berhak meminta pergantian wasit
Laga sempat terhenti satu jam lebih,Namun setelah Andi Darusalam Tabusalla, CEO PT Liga Indonesia mengajak Kapolda masuk dan melakukan negosiasi, sikap jenderal bintang dua itu melunak.
Dalam pertemuan itu juga dihadiri manajer serta pelatih dari Arema Indonesia dan Sriwijaya FC. Hasil dari rundingan tersebut, kedua klub bersepakat untuk melanjutkan pertandingan dengan tetap menjujung tinggi sportifitas.’’Kedua klub bersedia melanjutkan pertandingan. Tapi, dengan catatan wasit harus bersikap lebih adil. Dan setelah kami melakukan perundingan, dia (Wasit, Red) bersedia untuk memperbaiki keputusan-keputusannya yang telah dilakukan pada babak pertama tadi,’’ jelas Alex Bambang.
Selain merestui pertandingan digelar, Kapolda juga sempat memanggil kedua pelatih. Dihadapan Robert Alberts dan Rahmad Dharmawan, kembali Kapolda meminta permainan berjalan fair dan tidak timbul bentrokan fisik.
Setelah pertandingan yang ter delay 1 jam itu dilanjutkan, dibabak ke II menit 3" Kayamba Gums mecuri poin dari sundulan sepak pojok dari Sriwijaya Fc yang merobek gawang Kurnia Mega, tetapi SINGO EDAN di menit ke 70" mampu membalas lewat kerjasama Ridhuan dan Zulfiki yang menjebol gawang Hendro walaupun Arema bermain dengan 10 orang sejak menit ke 20" dan pada akhirnya Arema harus mengakui keperkasaan Sriwijaya Fc lewat gol kontroversial Solomin yang berdiri offside tetapi hakim garis mengesahkanya.
Dan Arema Indonesia Nyatanya harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC. Tim asal Sumatra ini berhasil memenuhi ambisinya untuk hattrick juara Piala Indonesia. Sementara Arema, harus memendam ambisi meraih double winner, lantaran kalah 1-2 (0-0) di Stadion Manahan Solo.
Tak urung, kekalahan itu benar-benar tak bisa diterima pemain Arema. Apalagi mayoritas pemain Arema masih berusia muda. Di ruang ganti, hujan tangis tak terelakkan. Irfan Raditya, Juan Revi, Benny Wahyudi tak kuasa menahan tangis. Bahkan ketiganya terlihat histeris. Beberapa pemain lain dan ofisial tim mencoba menenangkan ketiga pemain tersebut. ’’Ya kalau kita kalah secara permainan, kami bisa menerima. Tapi kalau seperti ini, kita tidak bisa menerima. Ini tidak fair. Kami diperlakukan tidak adil,’’ teriak Irfan histeris. ’’Kita sangat kecewa. Semuanya tidak adil. Mau dibawa kemana sepak bola kita jika seperti ini. Kami benar-benar dikerjai. Kami tidak pantas kalah,’’ timpal Juan lagi-lagi dengan tangis yang tak terbendung.
Suasana ruang ganti benar-benar hujan air mata. Hampir semua pemain tertunduk lesu. Robert terdiam di pojok ruangan dan berkata ’’Bagaimana saya bisa bermain normal kalau saya hanya bisa menurunkan 10 pemain,’’ kata Robert sambil berlalu. Beberapa pemain lain, juga terlihat mencoba menenangkan pemain-pemain lainnya.
Begitu pula Aremania dan di ikuti Pasoepati yang langsung mengosongkan tribun dan memilih keluar dari Manahan dan melepas unek2 dengan saudra Pasoepati sambil berjalan mengantar saudara tua mereka menuju stasiun dan kendaraan yang diparkir diluar stadion Manahan dan bersiap untuk pulang. Dari pantauan Aremania Garasi keadaan kota yang juga kota ke 2 AREMANIA ini dalam keadaan kondusif dan tanpa kejadian anarkisme, karena memang Hubungan kedua suporter Aremania dan Pasoepati yang sangat harmonis.
Terimakisah saudara satu Jiwa Pasoepati "Pertemuan ini adalah kabar"

**Salam Satu Jiwa**
Tetap berjiwa besar dolor, menang kalah itu biasa. masio wasit dan Silup nggreget-ne !
Along rodo seng rabas yo sam neam e ...
Suwon Pasoepati kalian benar2 buat kami terharu.
Selamat Simanis kalian lebih baik dari kami.
Salam Satu Jiwa...Apik elek, sampai matek AREMA di Jiwa !!!
---Raden---