Mengenai Saya

Foto saya
Kami lahir bukan gila predikat terbaik, tapi kami ingin membuang Rasis dan menyingkirkan dari bumi AREMA selamanya. Sayangi Team kamu dan singkirkan rasis. Sepakbola untuk Indonesia ! "salam satu jiwa"

Selasa, 31 Agustus 2010

Istana dan Dana Sepakbola Indonesia

JAKARTA-Staf Khusus Presiden bidang Pemerintahan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai mengundang tokoh-tokoh sepakbola nasional berkumpul di Istana, Kamis (26/8) siang. Mereka membahas fenomena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dipakai untuk membiayai klub sepakbola.

Itu diungkapkan Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam di akun Twitternya, Rabu (25/8) kemarin. ”Besok, Velix Wanggai mengundang pengurus PSSI, atlet, mantan atlet untuk berdiskusi sepakbola dan identitas lokal," katanya.

Dikatakan, tokoh-tokoh yang akan hadir adalah Nurdin Halid, Syaifullah Yusuf, Arifin Panigoro, Dede Yusuf, Kusnaeni, Ian Situmorang, beberapa atlet dan pengurus PSSI. Juga tokoh seperti Dede Yusuf dan Syaifullah Yusuf turut diundang, selaku pembina sepakbola daerah. Hadir pula sejumlah pembina klub daerah seperti Walikota Jayapura MR Kambu.
Dalam siaran persnya, Velix menyatakan pengelolaan klub-klub sepakbola di tanah air sebagian besar masih mengandalkan dana APBD. Hal ini mengundang keprihatinan karena pemerintah telah melarang pembiayaan klub dari APBD melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
“Banyak kota atau kabupaten menggunakan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai dasar atas keputusan tersebut. Meskipun pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui APBD, hendaknya prioritas dana APBD tetap diarahkan pada pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan,” kata Velix Wanggai.
Menurut Velix, pemberlakuan Otonomi Daerah yang diikuti dengan pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah memberikan kesempatan pada kabupaten dan kota untuk menjalankan pembangunan berdasarkan lokalitas masing-masing.

Namun, pembangunan olahraga lokal hendaknya tidak mengorbankan upaya-upaya yang terkait langsung dengan kesejahteraan masyarakat. “Karena itu, kami berinisiatif mengumpulkan para pembina klub sepakbola dari berbagai daerah di Indonesia, guna mendiskusikan kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan dana APBD, serta mencari solusi strategis untuk pembiayaan klub sepakbola secara professional dengan menggali potensi masing-masing daerah,” ujar Velix yang masih mempunyai hubungan kerabat dari keluarga Immanuel Wanggai, pemain sepakbola nasional asal klub Persipura, Jayapura.

“Sepakbola merupakan olahraga dengan segmen pasar terluas di Indonesia. Pengembangan klub sepakbola secara profesional sangat dimungkinkan. Warna kedaerahan atau identitas lokal dapat menjadi brand untuk meningkatkan dukungan bagi klub dari sumberdaya lokal sehingga dapat memperkuat pilar-pilar sepakbola nasional dalam jangka panjang,” kata Velix.

Dicontohkan keberhasilan klub sepakbola kecil bernama Schalke 04 di daerah Gelsenkirchen, Jerman. Meski hanya sebuah kota berpenduduk 269.000 orang dan luas wilayahnya hampir sama dengan Kota Bekasi, Schalke 04 mampu keluar dari segala keterbatasannya. Klub peserta Bundesliga itu menjadi mandiri, bahkan berprestasi, menjadi salah satu pesaing berat Bayern Munich di Liga Jerman tersebut.

Sementara itu, untuk klub ISL sebagian besar masih menggantungkan suntikan dana APBD. Seperti Persija Jakarta untuk mengarungi kompetisi musim 2010-2011, bakal disuntik dana APBD DKI sebesar Rp 15 miliar. Begitu pula Persitara disuntik dari APBD sama sebesar Rp 5 miliar.

Persebaya muapun Deltras, Persema, Persela dan klub lainnya Jatim maupun luar Jawa rata-rata disuntik dana APBD di atas Rp 10 miliar. Mungkin di antara klub yang menggantungkan dana APBD itu, hanya Arema, Pelita Jaya dan Semen Padang yang sejauh ini sudah profesional. Kata lain, tiga klub itu tidak pernah mendapatkan suntikan dana pemerintah.

**Raden**/kom*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar