Mengenai Saya

Foto saya
Kami lahir bukan gila predikat terbaik, tapi kami ingin membuang Rasis dan menyingkirkan dari bumi AREMA selamanya. Sayangi Team kamu dan singkirkan rasis. Sepakbola untuk Indonesia ! "salam satu jiwa"

Minggu, 01 Agustus 2010

Arema Sejati Berjiwa besar.



Terlepas kekalahan yang menyakitkan akibat kurang tegasnya wasit FIFA, Jimmy Napitupulu yang memimpin pertandingan final Piala Indonesia 2009/2010 yang berlangsung dikota yang terkenal bersahaja bagi Aremania yaitu kota SOLO. Terlebih sejarah Arema memang tidak pernah ‘bersahabat’ dengan Jimmy Napitupulu. Paling tidak, hal itu juga dirasakan Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo.
Bagaimana tidak, Arema sudah harus bermain 10 orang sejak menit 20, setelah Noh ‘Along’ Alamshah di kartu merah Karena dianggap melanggar Precious Emuejeraye, disamping emosi Along yang meledak-ledak ketika 20 menit babak pertama. tetapi kejadian yang hampir mirip itu juga dilakukan Precious terhadap Roman Chmelo beberapa menit kemudian, justru dibiarkan saja oleh wasit Jimmy. Sebuah pemandangan berbeda terjadi usai wasit Jimmy Napitupulu asal Jakarta, meniup peluit akhir babak pertama. Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo turun ke sentelban. Dia juga langsung menemui pengawas pertandingan. Hal yang sama dia lakukan saat pertandingan babak pertama berjalan di menit 25, atau beberapa saat setelah Jimmy mengusir Noh Alamshah. Kapolda terlihat mendatangi dua pelatih. Pertama ke bench Sriwijaya FC dan menemui Rahmad Dharmawan, dilanjutkan menemui Robert Rene Alberts. Kala itu dia meminta kedua pelatih bisa meredam emosi pemain. Pasalnya di tengah lapangan, tensi permainan semakin meninggi. Berkali-kali pemain dari kedua tim saling dorong dan nyaris terjadi gesekan.
kejadian-kejadian dilapangan semakin membuat tensi pertandingan semakin meninggi dan menjurus kasar, dan ini mulai merembet ke tribun penonton yang dikuasai Aremania dan saudara dekat mereka Pasoepati, dan membuat cemas Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo yang menilai ’’Saya melihat wasit kurang fair" kata dia.
Dan pada akhirnya ketika babak pertama usai, Kapolda langsung bereaksi. Dia meminta pertandingan tidak dilanjutkan, kecuali wasit diganti.
Bahkan ketika itu sempat muncul wacana untuk mendaulat Sriwijaya FC dan Arema sebagai juara bersama. Hal itu dilakukan jika tidak ada kesepakatan agar Jimmy diganti. Meski secara regulasi, Kapolda tidak berhak meminta pergantian wasit
Laga sempat terhenti satu jam lebih,Namun setelah Andi Darusalam Tabusalla, CEO PT Liga Indonesia mengajak Kapolda masuk dan melakukan negosiasi, sikap jenderal bintang dua itu melunak.
Dalam pertemuan itu juga dihadiri manajer serta pelatih dari Arema Indonesia dan Sriwijaya FC. Hasil dari rundingan tersebut, kedua klub bersepakat untuk melanjutkan pertandingan dengan tetap menjujung tinggi sportifitas.’’Kedua klub bersedia melanjutkan pertandingan. Tapi, dengan catatan wasit harus bersikap lebih adil. Dan setelah kami melakukan perundingan, dia (Wasit, Red) bersedia untuk memperbaiki keputusan-keputusannya yang telah dilakukan pada babak pertama tadi,’’ jelas Alex Bambang.
Selain merestui pertandingan digelar, Kapolda juga sempat memanggil kedua pelatih. Dihadapan Robert Alberts dan Rahmad Dharmawan, kembali Kapolda meminta permainan berjalan fair dan tidak timbul bentrokan fisik.
Setelah pertandingan yang ter delay 1 jam itu dilanjutkan, dibabak ke II menit 3" Kayamba Gums mecuri poin dari sundulan sepak pojok dari Sriwijaya Fc yang merobek gawang Kurnia Mega, tetapi SINGO EDAN di menit ke 70" mampu membalas lewat kerjasama Ridhuan dan Zulfiki yang menjebol gawang Hendro walaupun Arema bermain dengan 10 orang sejak menit ke 20" dan pada akhirnya Arema harus mengakui keperkasaan Sriwijaya Fc lewat gol kontroversial Solomin yang berdiri offside tetapi hakim garis mengesahkanya.
Dan Arema Indonesia Nyatanya harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC. Tim asal Sumatra ini berhasil memenuhi ambisinya untuk hattrick juara Piala Indonesia. Sementara Arema, harus memendam ambisi meraih double winner, lantaran kalah 1-2 (0-0) di Stadion Manahan Solo.
Tak urung, kekalahan itu benar-benar tak bisa diterima pemain Arema. Apalagi mayoritas pemain Arema masih berusia muda. Di ruang ganti, hujan tangis tak terelakkan. Irfan Raditya, Juan Revi, Benny Wahyudi tak kuasa menahan tangis. Bahkan ketiganya terlihat histeris. Beberapa pemain lain dan ofisial tim mencoba menenangkan ketiga pemain tersebut. ’’Ya kalau kita kalah secara permainan, kami bisa menerima. Tapi kalau seperti ini, kita tidak bisa menerima. Ini tidak fair. Kami diperlakukan tidak adil,’’ teriak Irfan histeris. ’’Kita sangat kecewa. Semuanya tidak adil. Mau dibawa kemana sepak bola kita jika seperti ini. Kami benar-benar dikerjai. Kami tidak pantas kalah,’’ timpal Juan lagi-lagi dengan tangis yang tak terbendung.
Suasana ruang ganti benar-benar hujan air mata. Hampir semua pemain tertunduk lesu. Robert terdiam di pojok ruangan dan berkata ’’Bagaimana saya bisa bermain normal kalau saya hanya bisa menurunkan 10 pemain,’’ kata Robert sambil berlalu. Beberapa pemain lain, juga terlihat mencoba menenangkan pemain-pemain lainnya.
Begitu pula Aremania dan di ikuti Pasoepati yang langsung mengosongkan tribun dan memilih keluar dari Manahan dan melepas unek2 dengan saudra Pasoepati sambil berjalan mengantar saudara tua mereka menuju stasiun dan kendaraan yang diparkir diluar stadion Manahan dan bersiap untuk pulang. Dari pantauan Aremania Garasi keadaan kota yang juga kota ke 2 AREMANIA ini dalam keadaan kondusif dan tanpa kejadian anarkisme, karena memang Hubungan kedua suporter Aremania dan Pasoepati yang sangat harmonis.
Terimakisah saudara satu Jiwa Pasoepati "Pertemuan ini adalah kabar"

**Salam Satu Jiwa**
Tetap berjiwa besar dolor, menang kalah itu biasa. masio wasit dan Silup nggreget-ne !
Along rodo seng rabas yo sam neam e ...
Suwon Pasoepati kalian benar2 buat kami terharu.
Selamat Simanis kalian lebih baik dari kami.
Salam Satu Jiwa...Apik elek, sampai matek AREMA di Jiwa !!!
---Raden---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar